Gedung Danadyaksa Cikini, Jl. Cikini Raya No.91A-D, Menteng, Jakarta Pusat
Call Center 134, +62-21-23507011

Awardeestory | 04-07-2023

Dari Hiroshima untuk Indonesia, Danai Pelajar Prasejahtera lewat Hasil Panen Jagung

Penulis
Tony Firman

Fotografer
Dok. Maman Alimansyah

Belajar di negeri Sakura sambil berwirausaha carikan dana beasiswa. Itulah yang dilakukan para mahasiswa Indonesia di Hiroshima, Jepang. Di tengah kesibukan berkuliah, Persatuan Pelajar Indonesia di Hiroshima (PPIH) masih menyempatkan berkontribusi untuk sesama anak bangsa lewat pemberian beasiswa kepada siswa siswi di Indonesia.

Beasiswa Anak Negeri (BAN) yang diinisiasi oleh PPIH dimulai sejak tahun 2017. Pemberian beasiswa ini diperuntukan untuk anak-anak Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas 10 dan 11 yang memiliki keterbatasan ekonomi dan berprestasi secara akademik. Masing-masing anak yang terpilih kemudian menerima bantuan dana sebesar satu juta rupiah per tahunnya. Tentu nominal ini sudah turut berkontribusi meringankan beban perekonomian keluarga. 

Dari pertama kali dibentuk, sumber dana beasiswa didapat dari iuran para mahasiswa anggota PPIH yang notabene sebenarnya banyak berstatus penerima beasiswa juga. Rata-rata per tahun ada 10 sampai 20 anak yang diterima mendapat beasiswa. Bila dibagi ke tiap anggota PPIH, rata-rata mereka menyisihkan uang sekitar 100 ribu rupiah.

Namun, bagi Maman Alimansyah yang menjabat sebagai Ketua PPIH periode 2022-2023, ia terpikir bahwa harus ada skema pendanaan selain hanya mengandalkan iuran dari anggota PPIH. Pasalnya, kondisi finansial para mahasiswa di negeri orang juga terbatas. Di sisi lain, program pemberian beasiswa kepada anak-anak SMA tentunya adalah tindakan kontribusi yang bagus dan patut dipertahankan.

Maman yang merupakan awardee LPDP bersama rekan-rekan PPIH kemudian berpikir untuk melakukan kegiatan usaha yang keuntungannya dapat disisihkan sebagai dana beasiswa. Diskusi panjang dan melakukan sejumlah riset hingga akhirnya  menemukan sumber dana paling potensial yaitu dengan menjual jagung di Jepang.

Berjualan Jagung Hasilkan Untung Beasiswa

Maman berpikir bahwa menjual barang yang pastinya selalu dibutuhkan dan diminati adalah jalan paling pintas untuk hasilkan putaran ekonomi. Jagung diketahui adalah salah satu makanan pokok di Jepang setelah nasi. Mereka kemudian melakukan kerjasama dengan Wakai Farm, sebuah perusahaan pertanian lokal Jepang yang sanggup menanam dan memanen jagung.

“Sekitar di bulan Desember 2022 itu kita matangkan konsep. Akhirnya memilih jagung varietas putih untuk ditanam dengan harga nanti yang kita jual per satu jagungnya 300 yen atau 30 ribu rupiah. Nanti 150 yen untuk Wakai Farm dan 150 yen untuk beasiswa. Jadi saya hitung-hitung untuk memperoleh sekitar 20 juta harus ada sekitar 800 jagung yang terjual gitu,” ungkap Maman yang saat ini sedang menempuh pendidikan doktor di Hiroshima University.

Jagung varietas putih dipilih karena sejumlah pertimbangan yang menguntungkan, diantaranya rasa jagung putih lebih manis dari jagung kuning pada umumnya. Di Jepang, level kemanisan memiliki batas maksimal di angka 21. Dari hasil pengujian, jagung putih menunjukkan tingkat kemanisan di angka 18. Berbeda dari jagung kuning yang tingkat manisnya di angka 15 sampai 16. Jagung putih juga jarang diproduksi oleh petani di Jepang. Jadi, menjual jagung putih adalah suatu peluang.

PPIH dan Wakai Farm menyepakati kontrak dua sampai tiga kali panen jagung per tahun. PPIH bertindak melakukan promosi dan penjualan jagung yang ternyata berjalan sesuai harapan. Antusiasme pembeli tidak hanya dari PPI Hiroshima, tetapi juga seluruh anggota PPI Jepang dan warga lokal. 

“Satu kali panen saja sudah terjual lebih dari 850 jagung. Jadi kita kaget juga. Tidak sampai tiga kali panen, cuma satu kali sudah terpenuhi (targetnya) begitu.” ujar mahasiswa doktor di Hiroshima University ini.

Wakai Farm yang banyak mempekerjakan petani lokal pun tahu dengan kerja-kerja yang dilakukan oleh PPI Hiroshima dengan menjual untung jagung untuk mendanai beasiswa pelajar di Indonesia. Wakai Farm justru diuntungkan mulai dari harga beli yang masih sangat layak hingga mendapat sorotan dari sejumlah media lokal Jepang.

Tuai Hasil Positif, Berharap Terus Berlanjut

Bisa dibilang skema kontrak kerja sama untuk pendanaan beasiswa ini merupakan warisan dari Maman Alimansyah di masa kepemimpinannya sebagai Ketua PPIH. Inisiasi yang disambut baik mulai dari petani lokal dan publik Jepang.

“Saya coba berpikir karena kita mahasiswa juga menghadapi keterbatasan finansial, jadi kita coba sambil membeli jagung itu sambil memberikan iuran gitu. Jadi memang inisiasi di kepengurusan kami,” ujar pria yang juga bekerja di Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan ini.

Masa keketuaan PPIH memang hanya setahun saja. Namun, awardee LPDP angkatan PK-157 ini ingin memastikan agar program kerjasama pendanaan beasiswa ini dapat terus berlanjut di kepemimpinan selanjutnya. Dirinya optimis dapat memberikan masukan arahan kepada ketua baru saat nanti menjabat sebagai Dewan Pengawas PPI.

Berwirausaha dan mengelola program kegiatan adalah salah satu aksi kontribusi yang bisa dilakukan para awardee LPDP saat berkuliah di luar negeri. Tak perlu menunggu lulus, kerja-kerja pengabdian bisa dilakukan selagi ada kesempatan dan peluang. Kemampuan berwirausaha pun jelas menjadi terasah sembari menebar manfaat bagi orang lain. 

Entrepeneur itu kita bagaimana mengolah ide, sesuatu yang baru, dan mendatangkan benefit bagi dirinya sendiri, bagi bangsa sendiri, dan bangsa lain pada umumnya,” ujar Maman yang mengambil studi International Economic Development Program ini.

Tidak menutup kemungkinan kedepan PPIH akan menambah jumlah penerima beasiswa bila hasil untung terus meningkat. Bahkan, Maman dan para anggota PPIH lainnya sedang menjajaki kemungkinan untuk merambah ke penjualan hasil pertanian lainnya yang potensial.