Gedung Danadyaksa Cikini, Jl. Cikini Raya No.91A-D, Menteng, Jakarta Pusat
Call Center 134, +62-21-23507011

Awardeestory | 05-04-2023

Di Balik Produk Gently, Ada Inovator Jebolan MIT Beasiswa LPDP

Penulis
Tony Firman

Fotografer
Dok. Pribadi Nyoman Anjani/Media Keuangan

Anda terutama para ibu yang sedang mengurus si buah hati mungkin sudah mendengar produk baby care bernama Gently. Brand lokal ini berfokus menyediakan produk-produk personal care untuk bayi dan ibu. Gently mengedepankan formula yang lembut, aman, berkhasiat, dan tentunya disajikan dengan harga terjangkau. Namun, tahukah bahwa innovator Gently adalah anak Indonesia jebolan Massachusetts Institute of Technology (MIT)?

Adalah Nyoman Anjani, co-founder Gently yang turut membangun brand local yang menyediakan produk personal baby care. Idenya berangkat dari pengalaman pribadi Nyoman sebagai ibu yang melihat produk baby care didominasi merek impor, kekhawatiran adanya efek samping dari kandungan berbahaya, dan harga tinggi yang sulit terjangkau.

Nyoman Anjani sendiri adalah perempuan priangan yang lahir dan besar di Bandung, Jawa Barat. Nama Nyoman yang identik dengan Pulau Dewata memang didapat dari ayahnya yang keturunan Bali.

Sejak dini, Nyoman sudah mengenal bab-bab ajar seputar teknik dari kedua orang tuanya yang berprofesi sebagai dosen teknik di ITB. Ayahnya pensiunan profesor Teknik Mesin, sedangkan ibunya adalah dosen di Teknik Industri.

Jejak langkah keluarga Teknik ITB mewaris saat Nyoman akhirnya mengambil jurusan Teknik Mesin guna mempelajari industri manufaktur. Kata-kata yang diingat Nyoman dari ayahnya adalah, “Jika ingin Indonesia maju, industrinya juga harus maju.”

Meski berada di jurusan yang identik didominasi laki-laki, sama sekali tak menjadi gangguan bagi Nyoman. Ia merasa lingkungan tetap suportif dan memacunya untuk lebih giat belajar agar tidak kalah pintar.

Di ITB Nyoman pernah menjadi Presiden Kabinet Keluarga Mahasiswa (K3M) periode 2013/2024. Ia pun turut membidani lahirnya program Ekspedisi Pelita Muda yang mahasiswa ITB untuk melakukan ekspedisi di daerah tertinggal dan memberdayakan masyarakat sekitar. Baginya, selain akademik, bekal organisasi tak kalah penting karena ia merasa bekal soft skill yang didapat cukup membantu saat ia bekerja.

Sempat Gagal Beasiswa LPDP

Selepas mendapat gelar Sarjana Teknik pada 2014 dengan predikat cum laude, Nyoman sebenarnya sudah nyaman di salah satu perusahaan barang konsumen multinasional terkemuka. Namun, ia merasa butuh pengembangan pengetahuan dan karier di tahun ketiga kerjanya. 

Beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dipilih Nyoman agar bisa mewujudkan keinginannya untuk bersekolah di Amerika Serikat. “Saya meluangkan waktu kosong pulang kerja di malam hari dan subuh sebelum kerja untuk belajar, untuk preparation,” terangnya seperti dilansir dari Media Keuangan. 

Tak sekali coba langsung dapat. Nyoman pernah gagal dalam seleksi beasiswa LPDP tahun 2018 karena skor bahasa Inggris belum mencukupi. Barulah di percobaan berikutnya ia berhasil mendapatkan tiket ke kampus impiannya di MIT, mengambil jurusan Integrated Design & Management untuk memperkaya ilmunya terkait industri manufaktur.

Adaptasi Belajar di Kampus Top Dunia

Menjadi mahasiswa cerdas lulusan ITB nyatanya tetap membuat Nyoman berjuang keras mengikuti perkuliahan di salah satu kampus terbaik dunia ini. 

Menurutnya, sekolah di luar negeri sangatlah menantang. Ia merasakan lebih capek kuliah S2 ketimbang saat bekerja. “Saya bisa mengerjakan itu (tugas) sampai tengah malam jam satu baru tidur, jam 2 baru tidur, terus jam 7 harus ke kampus lagi buat kuliah,” sambungnya.

Kekagetan Nyoman juga terjadi saat ia melihat tingkat keaktifan para mahasiswa di luar negeri ini. Dengan kultur yang lebih egaliter, mahasiswa di sana tak canggung untuk angkat tangan menyela dengan pertanyaan saat dosen belum selesai menjelaskan. 

MIT yang berada di ranking wahid universitas dunia tentunya memiliki fasilitas, tenaga pengajar, dan kurikulum yang di atas rata-rata. Berada di lingkungan orang-orang cerdas membuat Nyoman bersemangat dalam belajar. 

Bahkan, mahasiswa yang mengajukan proposal ide startup akan diberi modal $2500 sampai $5000 lengkap dengan mentornya dari MIT. Menurutnya, ekosistem di sana sangat mendukung untuk berinovasi dan membuat usaha. 

Saat menjadi mahasiswa MIT, dirinya permah tergabung sebagai peneliti bidang manufaktur di MIT Indonesia Research Alliance (MIRA), sebuah badan riset kolaborasi antara MIT dengan ITB atau dan Universitas Indonesia, selama setahun lebih.

Pulang dan Membangun Usaha

Lulus dari MIT membuat Nyoman semakin terbuka wawasan sekaligus tekadnya untuk memilih berwirausaha. Nyoman bisa saja tetap pragmatis dengan menjadi karyawan, tapi baginya hal itu kurang berdampak bagi masyarakat luas.

“Impact yang dihasilkan ke masyarakat nggak ada. Kita cuma dapat gaji besar buat kita sendiri.” kata Nyoman. Terlebih, Indonesia punya pasar yang potensial untuk digarap.

Dalam masa pencarian ide usaha dan bertepatan dengan masa kehamilannya itulah Nyoman mendapat inspirasi untuk menciptakan produk baby care. Prinsipnya, ia ingin menghadirkan produk berkualitas dengan harga terjangkau serta tentunya buatan lokal. Proses penelitian dan pengembangan pun dilakukan dengan memakan cukup waktu hingga akhirnya dapat launching produk Gently pada April 2022.

Meski telah memutuskan berwirausaha di bidang produk baby care, Nyoman tak merasa latar belakang teknik mesin menjadi sia-sia. Ia menyebut bahwa logika berpikir dalam produksi diperlukan untuk mengembangkan usaha. Hambatan usaha yang ia rasakan seperti marketing, talent, dan distribusi terus ia pelajari.

Keputusan Nyoman untuk berwirausaha dan berjuang membesarkan brand adalah bentuk pengabdiannya pada masyarakat luas. Nyoman berharap bisnisnya mampu menyerap tenaga kerja yang luas serta membuat produknya dapat memberi khasiat terbaik untuk bayi dan ibu Indonesia. 

“Jadi tentang manfaat, bagaimana memberi manfaat buat masyarakat luas, bukan cuma dari lapangan pekerjaan, tapi juga dari produk yang kita ciptakan,” ujar semifinalis Puteri Indonesia 2010 ini.

Kepada para pembaca yang sedang menggapai cita-cita melanjutkan pendidikan, Nyoman berpesan agar terus semangat, berusaha keras dan jangan mudah menyerah. Tak lupa mengajak agar berani berwirausaha agar bisa berdikari di negeri sendiri dan memberi manfaat kepada orang lain.