Gedung Danadyaksa Cikini, Jl. Cikini Raya No.91A-D, Menteng, Jakarta Pusat
Call Center 134, +62-21-23507011

Awardeestory | 22-12-2023

Lab Belajar Ibu, Bergerak Berkarya Menjadi Lebih Dari Sekedar Ibu Rumah Tangga

Penulis
Tony Firman

Fotografer
Dok. Lab Belajar Ibu

Menjadi ibu rumah tangga dan membesarkan buah hati bukanlah perkara gampang. Ada segenap peran ganda dalam memilih menjalankan peran domestik. Tak jarang para ibu menghadapi sejumlah tantangan seperti perasaan terisolasi, hingga mengelola tekanan pikiran antara keinginan pribadi dengan realita menjadi ibu rumah tangga.

Seperti yang dirasakan Annisa Anindita Zein. Angkatan PK-2 di generasi awal beasiswa LPDP kini menjadi ibu rumah tangga dan mengurus anak. Dita merasa gelisah ingin melakukan sesuatu, berkegiatan menggunakan ilmu pengetahuan yang telah didapatnya.

Ternyata bukan hanya Dita saja yang berpikir demikian. Dalam perjalanan pergumulannya, ia bertemu dengan serupa dirinya yang lain. Para alumni beasiswa LPDP yang tengah menjadi ibu rumah tangga masih menyimpan kerinduan untuk berkontribusi. Dari sinilah inisatif pendirian komunitas berdaya bernama Lab Belajar Ibu muncul dan terwujud pada 2021.

Lab Belajar Ibu adalah komunitas nirlaba yang menjadi wadah para ibu-ibu yang masih ingin terus belajar dan berkontribusi. Di sini, ibu-ibu berkumpul dalam banyak ragam kegiatan pemberdayaan dan penguatan. Misalnya, ada kelas menulis, ada pembahasan tentang berkarier dari rumah, hingga termasuk berbagi pengalaman dan cara untuk bisa berkuliah lagi.

LPDP berkesempatan mewawancarai tiga anggota pendiri Lab Belajar Ibu dalam pertemuan daring pada Selasa (19/12) malam. Masing-masing adalah Annisa Anindita Zein lulusan S2 Social Engineering dari Tokyo Institute of Technology, Tami Astie Ulhiza bergelar S2 jurusan Biotechnology Engineering dari International Islamic University Malaysia, dan Riska Ayu Purnama Sari yang telah bergelar S3 di bidang Agriculture Science dari University of Tsukuba.

Ada banyak yang diceritakan ketiganya mulai dari kegelisahan mereka, panggilan kontribusi sebagai alumni beasiswa LPDP, hingga memaknai Hari Ibu.

Pengabdian dan Kontribusi Melalui Lab Belajar Ibu

Para pendiri Lab Belajar Ibu ini sadar betul bahwa mereka tak punya privilis untuk berkarier penuh dan melakukan kontribusi dengan pekerjaan utamanya selepas merampungkan studi. Menjadi ibu rumah tangga seperti telah mengubur dalam-dalam segala keinginan yang pernah ditulis di motivation letter saat mendaftar beasiswa LPDP.

Sementara gelar akademik dan berlabel lulusan kampus luar negeri terus mengusik dan menekan. Mereka mempertanyakan ke diri sendiri tentang kontribusi apa yang bisa dilakukan dalam statusnya sebagai ibu rumah tangga.

Bertemu rekan senasib dan merumuskan komunitas belajar adalah jawabannya. “Kita berpikir bahwa kita tetap bisa loh berkontribusi dengan cara yang lain, apalagi posisi kita sebagai ibu yang juga kita berada di jalur domestik, kita ada fleksibilitas waktu, meskipun banyak juga yang melakukan kedua-duanya, baik itu di publik maupun di domestik.” ujar Annisa Anindita atau akrab disapa Dita ini.

Dita menuturkan bahwa visi misi dan tujuan Lab Belajar Ibu pada akhirnya mirip dengan  LPDP, yaitu mempersiapkan generasi masa depan yang unggul. Hal ini dimanifestasikan dalam mempersiapkan individu ibu maupun dalam mendidik anaknya. 

Di Lab Belajar Ibu ini setidaknya ada empat program yang ditawarkan, yaitu kelas menulis, bantu belajar mahasiswa, ibu back to school, dan penguatan member. Jadi tidak hanya sebagai forum berkumpul para ibu-ibu dengan keresahan yang sama, tetapi bergerak berdaya untuk terus bisa meningkatkan kapasitas diri dan mau belajar.

“Kita juga percaya bahwa ibu yang pembelajar itu, dia adalah fondasi yang kuat untuk keluarga yang kuat. Jadi memang ada unsur ketahanan keluarga di situ, ada juga kita fokus untuk Indonesia Emas 2045,” pungkas Dita.

Lab Belajar Ibu memanfaatkan platform grup Whatsapp, Zoom Meeting, dan Instagram sebagai sarana komunikasi kepada para peserta. Riska Ayu Purnamasari atau akrab disapa Riska menjelaskan, para member Lab Belajar Ibu ini adalah yang sebelumnya telah konsisten mengikuti sejumlah program dan merasa tertarik atau memiliki pandangan yang sama. Jadi tak semua yang pernah mengikuti program Lab Belajar Ibu bisa langsung otomatis menjadi anggota. 

Saat ini anggota Lab Belajar Ibu telah mencapai 487 orang dengan beragam latar belakang yang tak hanya alumni penerima beasiswa LPDP saja. Di sana ada yang bergelar S1 sampai S3, bahkan ada pula anak-anak SMA sehingga sangat bervariatif pada akhirnya.

“Latar belakang itu ada ibu kerja, ibu rumah tangga, ada ibu orang tua siswa ada juga. Jadi semuanya insya allah ada yang tersebar dari seluruh Indonesia dan mancanegara” ujar Riska menjelaskan.

Meski sering berkegiatan secara daring, Lab Belajar Ibu juga pernah mengadakan perjumpaan fisik. Riska menyebut pernah mengadakan kegiatan di Perpustakaan Nasional menggandeng Buibu Baca Buku Club. Kegiatan kala itu terkait literasi yang sekaligus membahas tentang potensi dan minat lain seperti berbisnis. Bahkan Riska mengatakan bahwa anggota Lab Belajar Ibu ada yang mengikuti LPDP Business Competition 2023.

Wadah Penguat Kegundahan, Mencari Kebahagiaan

Ditanya soal awal mula kelima orang pendiri Lab Belajar Ibu bisa bertemu, mereka berawal dari perkenalan sesama awardee LPDP. Riska kenal dengan Tami Astie Ulhiza atau Tami saat sama-sama berada di Jepang menempuh studi dengan beasiswa LPDP. Sedangkan founder lain ada yang sudah lebih dahulu kenal karena satu SMA. Jadi bisa dibilang kelima founder ini berasal dari lingkaran pertemanan yang bertemu.

Riska sendiri menuturkan awal mula kegundahannya saat ia merampungkan studi doktornya selama empat tahun dan pulang ke Indonesia. Saat itu ia hamil anak kedua dan memutuskan untuk di rumah dahulu. Ia cukup tersengat saat ada komentar “kok S3 di rumah saja”. Itulah yang membuat Riska mempertanyakan eksistensinya. Terlebih ia berada di masa transisi dari yang pernah bekerja, kuliah, lalu sedang di fase di rumah. 

Singkatnya dengan bertemu rekan-rekannya itu, selain menjadi tempat bercerita juga menemukan kesibukan baru yang sesuai dengan minat. Di awal Riska memfokuskan pada kegiatan penulis dengan materi terkait pertanian yang sesuai dengan keilmuannya.

Sedangkan Dita sendiri melihat posisi yang tidak mudah sebagai perempuan untuk bisa kembali berkarier atau mengejar keinginan saat harus dihadapkan pada pekerjaan domestik menjadi ibu rumah tangga mengasuh anak.

“Dunia tidak seindah idealisme kita. Ada realita yang kita harus akui memang itu terjadi di sekitar kita. Contohnya itu tadi, ada perempuan-perempuan yang tidak mendapatkan privilege seperti yang lain,” tuturnya. Dita tak ragu untuk menyebutkan kesibukannya kini ini adalah fulltime mengurus Lab Belajar Ibu.

Kinerja Berdampak

Lab Belajar Ibu setidaknya telah memberikan dampak bagi para anggota maupun yang sekedar pernah mengikuti sejumlah kegiatannya. Program Ibu Back to School misalnya, dari 25 peserta pelatihan, setengahnya menjadi berani untuk mengikuti beasiswa untuk studi lanjut. Ada yang mengambil beasiswa LPDP, AAS (Australia Awards Scholarship), dan lainnya.

Tami sendiri menekankan bahwa Lab Belajar Ibu selalu menekankan untuk menjadi ibu pembelajar yang percaya diri dan bahagia. Percaya diri dengan memberikan penguatan bahwa menjadi ibu di rumah tetap bisa menjalankan peran lain dengan bahagia sehingga sehat mentalnya di tengah-tengah pekerjaan multi peran.

“Jadi kita berusaha untuk membuat lingkungan, membuat support system bagi para ibu-ibu ini. Kemudian juga ibu ini sebagai partner diskusi dalam hal ketahanan keluarga. Ketika keluarga inti kita baik, maka kita akan bisa membangun komunitas neighborhood yang baik. Kemudian ketika komunitas neighborhood itu baik, kita akan bisa menciptakan masyarakat yang juga baik dan secara lebih luas lagi.” papar Tami

Apabila dihubungkan pada peringatan Hari Ibu tanggal 22 Desember, keberadaan Lab Belajar Ibu bisa dibilang merupakan wajah-wajah konkrit dari para perempuan berpendidikan yang mau berkontribusi memberdayakan kaum ibu lainnya. Lab Belajar Ibu  setidaknya telah menyalakan lilin terang di tengah kegundahan hati para ibu-ibu di persimpangan jalan, antara mengurus pekerjaan domestik dan aktualisasi diri membangun peradaban lainnya.

Lab Belajar Ibu yakin tidak ada yang pernah sia-sia dari proses belajar. Bahkan dalam kondisi tertentu, kontribusi berdampak tak selalu soal mengubah orang-orang di luar sana, tetapi juga bisa menghadirkan kemajuan di lingkup keluarga sendiri. 

“Kalau ibunya pintar, insyaallah keluarga itu akan jadi pintar juga. Kita nggak pintar sendiri, tapi kita juga membawa keluarga kita bisa lebih baik lagi,” ujar Riska. 

Dalam peringatan Hari Ibu ini, cerita Lab Belajar Ibu dapat memberikan inspirasi bagi generasi ibu-ibu muda untuk produktif bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat luas. Serta turut memastikan Hari Ibu sebagai bentuk penghormatan dan pengakuan atas peran ibu yang terus relevan seturut zaman.