Masih ingatkah dengan Khoirul Anwar? Peneliti dan penemu konsep transformasi sinyal Fast Fourier Transform (FFT) yang teknologinya juga dipakai pada jaringan 4G? Ia kembali hadir dengan riset inovasi terbarunya terkait komunikasi nirkabel. Adalah alat penanggulangan bencana yang dinamai PATRIOT-Net (Prevention and Recovery Networks for Indonesia Natural Disasters Based On The Internet of Things).
PATRIOT-Net yang berbasis Internet of Things (IoT) ini mengusung konsep pencegahan dan pemulihan bencana. Terdapat dua sistem pada PATRIOT-Net untuk menjalankan konsep tujuannya, yaitu Sistem Jaringan Monitoring (SJM) dan Sistem Jaringan Pemulihan (SJP) dalam prinsip kerjanya.
SJM merupakan fase tahap pertama berupa mitigasi bencana. Di sini terdapat berbagai peralatan sensor bencana yang terhubung secara IoT ke aplikasi mobile dan web server. Pada aplikasi akan tampil informasi penting berkaitan dengan gempa, tsunami, banjir, dan longsor yang keempatnya mampu dideteksi oleh alat ini.
“Jadi sensor yang memonitor longsor, banjir, gempa dan juga kemungkinan terjadinya tsunami. Ini di step pertama atau fase sebelum bencana. Semua data kami kirimkan ke pemerintah dan aplikasi. Kemudian seandainya bencana benar-benar terjadi, masuklah ke fase kedua. Fase ini MCRBS (Mobile Cognitive Radio Base Stations) yang bekerja, jadi BTS (Base Transceiver Station)tadi untuk membantu korban” papar doktor lulusan Nara Institute of Science and Technology Jepang ini saat diwawancarai tim komunikasi LPDP.
MCRBS di fase kedua dirancang untuk mendeteksi sinyal telepon seluler korban bencana saat BTS dari operator seluler rusak akibat bencana. Alat MCRBS ini bisa dipasang di mobil berjenis Sport Utility Vehicle (SUV) bak terbuka untuk memudahkan mobilisasi. Antena MCRB juga mampu mendeteksi keberadaan korban dengan memanfaatkan sinyal telepon seluler korban, terutama sesaat setelah bencana saat jaringan komunikasi nirkabel tumbang.
SJP ini mendukung seluruh instrumen jaringan mobile mulai dari sinyal 2G sampai 5G, bahkan Wi-Fi. Sementara untuk pasokan listrik PATRIOT-Net didapat dari tiga skema, yaitu lewat genset, baterai aki, dan terakhir tenaga surya. Ketiganya ini saling terintegrasi dan akan aktif sesuai dengan skenario kondisi yang terjadi di lapangan.
Lebih Lengkap dan Canggih dari Alat BMKG
Selama ini alat mitigasi kebencanaan di Indonesia dimiliki atau dioperasikan oleh BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika). Lantas apa bedanya PATRIOT-Net dengan peralatan yang dimiliki BMKG?
Dari segi pemasangan alat, sensor-sensor ini diletakkan secara spesifik di daerah titik kejadian sehingga dapat menghasilkan data dan mitigasi yang akurat. Secara kelengkapan pendeteksian jenis bencana, Patriot-Net jelas lebih unggul karena tidak hanya gempa dan tsunami, tetapi juga longsor dan banjir.
Keunggulan lanjutannya adalah data yang didapat PATRIOT-Net juga bisa diintegrasikan dengan peralatan yang telah ada.
“Kita juga siap mengintegrasikan data dari sensor kami ke BMKG. Jika diminta, jika diberikan akses, siap digabung. Jadi BMKG dapat tambahan sampel dari sensor-sensor kami.” jelas pria kelahiran Kediri, Jawa Timur ini.
Kemampuan integrasi tak hanya dilakukan ke alat BMKG saja, tetapi juga peralatan lainnya termasuk data dari kampus-kampus yang pernah meneliti.
Berawal dari Permintaan Seismograf dari Jepang
Awal mula munculnya ide pembuatan PATRIOT-Net bermula dari permintaan pemerintah Kota Padang kepada Khoirul untuk dibelikan alat seismograf dari Jepang bernama Yurikuru. Kala itu antara tahun 2014 dan 2015, Khoirul memang sedang berada di Jepang sebagai peneliti di Japan Advanced Institute of Science and Technology.
Seismograf untuk monitoring gempa bumi cukup mahal harganya. Dari situ muncul ide spontan Khoirul terkait kesanggupannya untuk membuat alat monitoring sendiri dan tak harus melulu impor dari Jepang. Namun tak hanya seismograf untuk gempa dan tsunami saja, Khoirul melengkapi peralatannya untuk mendeteksi kebencanaan lainnya yang umum terjadi di Indonesia, yaitu longsor dan banjir.
Berawal permintaan dari Padang inilah yang sekaligus mengantarkan Khoirul untuk pulang ke Indonesia dan menerima undangan karier dari Telkom University pada 2015. Bagaimanapun untuk merealisasikan pembuatan alat mitigasi bencana ini butuh dana yang besar. Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dipilih karena memiliki skema pendanaan riset bernama RISPRO (Riset Inovatif Produktif) dan Khoirul melakukan submit proposal penelitian permintaan dari Padang itu pada 2016.
Butuh waktu sekian tahun untuk proposal riset PATRIOT-Net bisa diproses mencairkan pendanaan. Akhirnya yang ditunggu-tunggu tiba. Pada 2018 proses riset dan pengembangan Patriot-Net mulai berjalan dengan total pendanaan sebesar Rp 4.824.148.000 selama tiga tahun.
Karena kampus belum memungkinkan untuk melakukan proses produksi dan penjualan, maka riset ini turut menggandeng PT FUSI Global Teknologi selaku produsen, sertifikasi, hingga penjualan. Tak lupa riset ini juga menggandeng Badan Penanggulangan bencana Daerah (BPBD) Kota Padang sebagai mitra untuk pengembangan sistem ini.
Kota Padang juga sekaligus menjadi yang pertama menerapkan sistem yang diusung PATRIOT-Net. Setidaknya tercatat ada 491 bencana alam yang berhasil dicatat baik dengan intensitas kecil maupun besar selama tahun 2022 kemarin.
Dibanderol Mulai 200 Jutaan
PATRIOT-Net merupakan peralatan mitigasi dan pemulihan bencana yang lengkap dan canggih buatan anak bangsa sendiri. Produk inovasi seperti ini perlu didukung dengan cara dibeli dan dipakai oleh banyak stakeholder terutama di daerah yang selama ini memiliki riwayat rawan kebencanaan.
Menurut Khoirul, harga PATRIOT-Net dibanding produk impor sejenis jauh lebih murah. Ia mengumpamakan untuk satu alat BTS (Base Transceiver Station) impor saja bisa menyentuh harga 1,9 miliar.
Saat ini PATRIOT-Net sudah siap dijual mulai dari paket alat sampai per unit eceran. Paket alat SJM dihargai mulai Rp 246 juta, SJP mulai Rp 301 juta dan paket all in (SJM dan SJP) dihargai mulai dari Rp 580 juta. Apabila ingin membeli all in bisa ditebus mulai dari 800 jutaan.
Sedangkan unit peralatan Patriot-Net yang dijual secara eceran seperti sensor-sensor, software, antena, dan peralatan mobile base station lainnya dihargai mulai dari belasan juta hingga ratusan juta. Calon pembeli dapat menghubungi Pusat Unggulan IPTEKS Perguruan Tinggi Telekomunikasi Cerdas The University Center of Excellence for Advanced Intelligent Communications (PUI-PT AICOMS) atau PT FUSI Global Teknologi untuk membeli PATRIOT-Net.
Peluncuran PATRIOT-Net sudah dilakukan pada 14 Februari 2023 di Telkom University Bandung. Alat ini sangat tepat apabila dipasang di daerah-daerah langganan bencana dan punya Riwayat berdampak pada kehidupan penduduk. Pasca peluncurannya, diharapkan produk ini semakin meluas penyebarannya di Indonesia untuk mengatasi minimnya alat sensor kebencanaan dan mengurangi jatuhnya korban jiwa.