Gedung Danadyaksa Cikini, Jl. Cikini Raya No.91A-D, Menteng, Jakarta Pusat
Call Center 134, +62-21-23507011
Gedung Danadyaksa Cikini, Jl. Cikini Raya No.91A-D, Menteng, Jakarta Pusat
Call Center 134, +62-21-23507011
BerandaBeritaDirikan Startup Sistem Pesawat Nirawak untuk Layani Agrikultur dan Logistik Nasional

Awardeestory | 17-03-2023

Dirikan Startup Sistem Pesawat Nirawak untuk Layani Agrikultur dan Logistik Nasional

Penulis
Tony Firman

Fotografer
Dok. website Beehive Drones

Penggunaan pesawat nirawak atau drone di luar aktivitas militer terus mengalami perkembangan pesat selama satu dekade terakhir. Kita tentu lazim melihat drone yang dipakai untuk kegiatan fotografi dan videografi. Dalam perkembangannya, pesawat nirawak ini juga dapat dipakai untuk membantu pekerjaan di sektor agrikultur dan logistik.

Di Indonesia, sebagai bangsa yang masih terus ingin menyandang status negara agraris, tentunya perlu mengembangkan teknologi pertanian dan perkebunan agar dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi panen. Kegiatan seperti penyemprotan, penyemaian, hingga pemantauan tanaman bisa dilakukan dengan menerbangkan drone.

Pemanfaatan drone untuk logistik dan bantuan lainnya juga diperlukan mengingat frekuensi bencana alam di Indonesia yang cukup tinggi. Selain itu, drone dapat dipakai untuk menjangkau berbagai daerah terpencil karena tidak lagi terhalang medan darat dan perairan yang menyulitkan.

Menjawab kebutuhan dan peluang tersebut, sekelompok mahasiswa alumni beasiswa LPDP lulusan kampus Inggris mendirikan Beehive Drones. Perusahaan penyedia sistem drone ini berkeinginan untuk membawa kekuatan drone di banyak bidang konvensional.

Beehive Drones merupakan perusahaan penyedia sistem untuk pesawat berbasis riset. Jadi, mereka merancang sistem Artificial Intelligent (AI) untuk drone agar bisa melayani perintah dan mengerjakannya dengan baik. Dengan begitu, Beehive Drones bisa membuat sistem drone berdasarkan kebutuhan atau permintaan pasar.

“Kita cuma bilang, kamu tolong foto parameter dari kebun sawit saya seluas sekian, sepanjang 70 kilometer. Sudah, kita berikan tugas itu, dan akan otomatis take off melakukan tugasnya dan nanti balik lagi kita langsung terima data. Simpelnya seperti itu,”ujar Albertus Gian Dessaya Adriano selaku founder Beehive Drones.

Menariknya, ide awal dari pendirian Beehive Drones ini juga berangkat dari janji pengabdian para ketiga awardee LPDP ini.

Berjumpa di Inggris dan Ingat Pengabdian

Inggris menjadi titik yang mempertemukan Albertus Gian Dessayes Adriano, Ishak Hilton Pujantoro Tnunay, dan Anindita Pradana Suteja yang kala itu sama-sama berkuliah di sana. Pada tahun 2017, ketiganya mulai memikirkan pengabdian apa yang bakal ia lakukan saat pulang ke tanah air.

Gian ingat betul saat acara Persiapan Keberangkatan (PK) awardee LPDP bahwa saat pulang ke Indonesia, ia bercita-cita ingin mendirikan perusahaan teknologi yang sekaligus menjadi jalan pengabdiannya untuk membangun negeri. Begitu pula dengan kedua rekannya yang juga sudah berjanji akan pulang ke Indonesia dan akan menjalankan rencananya masing-masing.

Namun, lulusan Material Science & Engineering di Imperial College London ini sadar bahwa ia belum mampu membangun industri material teknologi. Gian berpikir masih belum bisa bersaing dengan kompetitor raksasa yang sudah mapan.

”Kalo bikin solar panel kok tinggal beli di Tiongkok lebih murah, muatan juga belum tentu lebih bagus. Trus mau patriotik nasionalisme pun akhirnya tunduk sama hukum ekonomi kan,” ujar Gian realistis dalam podcast Media Keuangan.

Sementara Gian terus memutar otak, Hilton yang menempuh pendidikan doktor Electrical and Electronics Engineering di University of Manchester berminat ingin mendirikan pusat riset untuk kontrol sistem robot ketimbang menjadi dosen. Sedangkan Anindita Pradana Suteja berlatar belakang bisnis internasional dengan mengambil studi magister International Bussines and Management di University of Manchester.

Akhirnya, ketiganya sepakat mengawinkan latar belakang keahliannya masing-masing dengan mendirikan startup yang menjual sistem kontrol untuk drone.

Dengan terlebih dahulu melakukan riset pasar dan memenangkan sejumlah ajang perlombaan, Beehive Drones mulai berproduksi di akhir 2018 dan sekaligus menjadi ladang pengabdian mereka menghadirkan sistem drone karya anak bangsa.

Beehive Drone Merambah Multisektor

Teknologi yang dibangin Beehive Drones sejauh ini sudah merambah berbagai sektor seperti pertanian, perkebunan, logistik, hingga pengawasan.

Di bidang agrikultur misalnya, drone tidak hanya untuk kebutuhan penyiraman dan pengambilan gambar kebun saja, tetapi lebih pintar lagi karena bisa untuk melihat tingkat kesehatan, kesuburan, hingga mengetahui masa panen.

Untuk sektor pengawasan, perusahaan sistem drone yang terdaftar dengan nama PT Aerotek Global Inovasi ini berfokus pada daerah yang tidak terdapat tiang listrik untuk CCTV. Biasanya di drone diandalkan untuk fungsi pengawasan di pelabuhan, laut, perbatasan kebun, perbatasan daerah maupun negara.

Beehive Drone juga menangani pembuatan drone untuk kebutuhan pengiriman logistik supply medis di wilayah pedalaman. Tentunya, kehadiran drone mampu memecahkan hambatan geografis yang selama ini menjadi kendala distribusi logistik ke daerah terpencil.

Saat ini, Beehive Drones memproduksi sistem drone, sensor IoT, sistem pengawasan, dan sistem manajemen pelacakan. Bahkan, teknologi signature swarm drones Beehive Drone membawa tim ini menjadi juara nasional, perwakilan Asia Pasifik, dan finalis dunia dalam Imagine Cup 2018 oleh Microsoft.

Meski begitu, Beehive Drones juga menghadapi tantangan dalam mengembangkan sistem kecerdasan pesawat nirawak. Salah satunya adalah regulasi penerbangan drone di Indonesia yang membatasi sejumlah aspek dan kemampuan drone. Pun demikian, Gian dan timnya terus melakukan riset dan pengembangan untuk membuat drone yang sesuai dengan regulasi pemerintah.