Gedung Danadyaksa Cikini, Jl. Cikini Raya No.91A-D, Menteng, Jakarta Pusat
Call Center 134, +62-21-23507011

Awardeestory | 10-03-2023

Kisah Guru Berprestasi, Awardee LPDP yang Pernah Ditolak Beasiswa Sampai 118 Kali

Penulis
Tony Firman

Fotografer
Dok Pribadi Rahmat Putra Yudha

Rahmat Putra Yudha adalah seorang guru di SMPN 13 Pontianak, Kalimantan Barat yang penuh prestasi. Sesaat sejak pandemi membatasi ruang gerak para guru, Yudha tanggap dengan membikin program virtual educator kepada para guru dan dosen. Program tersebut bertujuan untuk memberikan pelatihan kepada para pengajar dalam menggunakan dan memaksimalkan pembelajaran jarak jauh (PJJ) akibat pandemi. 

"Kita berhasil membuat program melalui virtual. Kita latih segala macam platform pendidikan dalam PJJ dari pembuatan soal, media virtual, sampai ke animasi-animasi yang bisa dipelajari guru untuk membuat pembelajaran lebih menarik," jelas Yudha yang aktif di kepengurusan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kalimantan Barat ini.

Para guru mendapat banyak akses premium dari Microsoft untuk menunjang aktivitas pembelajaran online. Para guru juga tidak kesulitan lagi saat harus menyimpan file bahan ajar karena diberikan penyimpanan online sebesar lima terabit. 

Program yang diinisiasi Yudha ini melibatkan bantuan banyak pihak. Lobi-lobinya berbuah kerja kolaborasi gotong royong antar institusi seperti dari Universitas Sebelas Maret (UNS), Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Kalimantan Barat, pemerintah daerah, Ikatan Guru LPDP, dan banyak lagi.

Kontribusinya itu mengantarkan Yudha meraih IESA (International Education Summit And Award) pada 20 Desember 2020. Pada 2019 Yudha lebih dahulu mendapat penghargaan Guru Inspiratif Kalimantan Barat oleh PGRI berkat keberhasilannya membentuk Penerbit Buku PGRI Provinsi Kalimantan Barat dan melahirkan banyak penulis. Di rumah, Yudha juga menjalankan tempat kursus bahasa Inggris bernama Yudha English Gallery.

Tapi, yang menarik dari perjalanan Yudha bukan itu saja.

Terbentur, Terbentur, Terbentur, Terbentuk

Hidup yang tak diperjuangkan tidak dapat dimenangkan. Baginya, hidup yang cuma sekali harus meninggalkan legacy kepada generasi penerus. Begitulah kira-kira pegangan Yudha dalam mengejar mimpinya untuk mendapatkan beasiswa studi ke luar negeri. Bagaimana tidak, Yudha telah melewati 118 kali gagal seleksi beasiswa. Percobaan ratusan kali yang tentunya banyak mengorbankan waktu, tenaga, dan keringat.

Yudha mulai mendaftar beasiswa sejak tahun 2007 atau tak lama setelah dirinya lulus S1. Ketika menjadi guru dan diangkat PNS pada 2009, praktis Yudha tak punya pilihan lain selain terus mengejar beasiswa apabila ingin tetap bisa berkuliah di luar negeri. 

Pendaftaran demi pendaftaran terus diikuti. “Saya apply hampir seluruh beasiswa yang ada di dunia yang full scholarship, dan rata-rata saya jatuhnya di interview. Dari situlah saya gali kemampuan komunikasi dalam menyampaikan pendapat. Bahwa mungkin ada kekurangan saya disitu.” tutur Yudha yang saat ini menjabat sebagai Ketua Mata Garuda Kalimantan Barat.

Sampai akhirnya, ia mencoba beasiswa LPDP dan diterima. Yudha ingat saat para pewawancara menanyakan kepadanya tentang bagaimana apabila ia tidak lolos seleksi beasiswa lagi. Dengan enteng ia berujar, “Tidak masalah Pak, dan Bapak akan ketemu saya lagi untuk apply. Karena saya tidak mungkin menyerah. Pasti saya coba lagi.”

Mimpi Yudha untuk bisa berkuliah di luar negeri itu akhirnya terwujud. Pada 2014 Yudha berangkat ke Australia untuk menempuh studi Master of Education TESOL (Teaching English to Speakers of Other Languages) di Wollongong University.

Saat masa libur kuliah selama tiga bulan, Yudha memilih tetap produktif dengan mengikuti program pertukaran dosen ke Polandia saat masa libur kuliah selama tiga bulan. Tentunya aktivitas ini atas seizin LPDP. 

Bahkan, dalam waktu yang singkat itu, ia mengaku turut membentuk Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Polandia. Itu adalah pengalaman berkesan yang membuat guru bahasa Inggris ini sumringah kala mengenangnya.

“Hidup cuma sebentar dan saya perlu meninggalkan legacy kepada keturunan saya. Jadi saya perlu menjadi orang yang berbeda dan menjadi sumber karakter yang dapat mereka pelajari dan jadikan panutan.” kata Yudha yang pernah bekerja sampingan menjadi tukang parkir dari SMA sampai S1 ini.

Bagi Yudha, LPDP adalah beasiswa yang sangat cocok untuk mereka yang memiliki kepedulian dalam membangun negeri lewat kontribusi sosial. Seperti yang sudah dilakukan Yudha dengan berbagai kegiatan sosial dan dedikasi untuk banyak orang.